Senin, 01 April 2019

Beginilah Cara Muslim Menghadapi Seorang Ahli di Bidangnya


Aku teringat enam tahun yang lalu, ketika mengikuti sebuah tes masuk menjadi seorang guru BK/LSU di sebuah sekolah Islam. Jujur aku kaget, ketika ada tes murajaah alias hafalan surat. Dari sepuluh pertanyaan,  hanya bisa jawab satu. 😅🤣

"Kalau Ibu kesulitan untuk menghafal Alquran tentunya Ibu sendiri tidak bertanggung jawab sebagai seorang muslim. Bukankah harusnya kita dekat dengan Alquran?"

Deg. Waktu rasanya terhenti. Ya Allah, sudah berapa lama aku hidup di dunia. Sudah berapa banyak surat yang aku hafal.

Dengan begitu, pupus sudah harapanku diterima di sekolah tersebut. Iya, kan?

Baiklah, aku berusaha memperbaiki diri. Meski tahu, menghafal itu tidak mudah bagi saya. Tidak mau mencari alasan bahwa saya disleksia, toh ada manusia lain yang mungkin disleksia tapi tetap bisa jadi Hafidz/Hafidzah. Mungkin ....

"Kalau kamu memang ahli di bidangnya, kamu pasti diterima." Temanku berpendapat.

Ah, masa iya? Tapi jujur, cara aku mengajar di saat microteaching pasti sangat memukau. Iya, nggak? Anak-anak sangat antusias mengikuti arahan-arahan yang kuberikan dalam games yang dibuat, dan diberikan dalam sesi tiga puluh menit itu. Nyaris tanpa hambatan, anak sekolah dasar kelas dua, yang pada dasarnya tidak mudah dikendalikan, dapat diarahkan dengan baik.

Tapi ... Aku tidak bisa mendapatkan nilai bagus di hafalan.

Satu bulan kemudian, tepatnya saat bulan Ramadan ... Sebuah panggilan datang lagi, dari sekolah yang sama, tetapi cabang yang lain, lebih dekat dengan rumahku.

Kepala sekolah itu menyambutku  dengan  ramah.

"Assalamualaikum, Bu Diba," sapanya hangat.

Ia bertanya macam-macam, tentunya mengenai pengalamanku menghadapi anak-anak berkebutuhan khusus selama ini. Baik kasus yang mudah hingga tersulit.

Hingga terakhir ia bertanya, "Bu, bersediakah memakai kerudung panjang, rok dan kaos kaki?" tanyanya lagi.

"Insya Allah," kujawab jujur. Sebuah keputusan yang sudah kupertimbangkan saat itu. Mengingat calon suamiku berasal dari keluarga agamis. Dan ia mengatakan, kalau ingin aku menggunakan rok setelah menikah.

Lama lagi, tidak ada kabar dari sekolah tersebut. Aku pun sadar diri. Siapa aku, mungkin bukan sekufu.

Lebaran  datang, akhirnya ada sebuah kabar membahagiakan dari pihak calon suami. Mereka mau melamar. Alhamdulillah.

Akhirnya lamaran dilakukan pada H+8 Idul Fitri atau 18 Agustus, satu hari setelah hari kemerdekaan Indonesia.

Aku Sah dilamar seorang lelaki. Namun aku pengangguran, tidak punya pekerjaan, sedangkan bisnisku masih tak tahu bagaimana menyelesaikannya. Ditambah utang yang menghantui, sedangkan uang tabungan sudah habis.

Aku terdiam, menawarkan asuransi ke mana? Aku tidak pandai berjualan. Aku bukan tipe sales, aku sering diajak curhat orang lain, tapi bukan berarti aku bisa mempengaruhi orang untuk membeli barang-barang yang jual.

Aku termenung di sebuah pusat perbelanjaan mewah. Mau menyapa orang-orang yang lewat kok susah. Akhirnya duduk termenung menghadapi orang yang berlalu-lalang.

"Ya, Allah ... Bantu aku melunasi utangku."

Tak lama sebuah telepon masuk.

"Bu Diba, ini dari kepala sekolah SD A, Masih ingat tidak? Ibu siap kerja besok?"

Masya Allah. Inikah jawaban-Mu ya, Allah?

Aku bahagia, meski pasti banyak kekurangan yang kumiliki, tapi cara berpikir mereka tidak hanya memiliki sebagai personal yang penuh kekurangan, tetapi juga melihat pengalaman dan ilmu yang kumiliki.

Tapi saya kemudian sadar. Sebelumnya saya menganggap orang-orang dengan Islam kaffah itu intoleran, mereka radikal dan tidak mau menerima orang-orang seperti saya. Yang ilmu agamanya masih dangkal. Hal ini kemudian mengubah pemikiran saya tentang agama yang dianugerahkan semenjak saya terlahir ke bumi. Bahwa Islam menempatkan seorang ahli dengan baik. Karena ketika sebuah pekerjaan diberikan kepada orang yang bukan ahlinya. Maka tunggu saja ...

"Apabila perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya." (HR Al-Bukhari dari Abi Hurairah)


Minggu, 31 Maret 2019

POLEMIK PEDAGANG KAKI LIMA, KEBERSIHAN DAN KEDISIPLINAN

Sebenarnya saya mau menulis artikel ini semenjak awal tahun. Tapi memang rencana hanya rencana kalau tidak ada aksinya. 

Alhamdulillah hari ini memaksakan diri untuk menulis. 

Alun-alun Bandung sudah disulap. Saya teringat berpuluh tahun yang lalu ketika tempat ini terkenal sebagai tempat yang super macet. 

Ketika SMA, untuk bisa membeli semangkok bakso di Palaguna Plaza saja saya dan teman-teman harus berjalan kaki dari pasar baru. Itu pun harus sambil ngekepin tas saking penuh nya jalanan takut kecopetan. Syukur masih remaja ya, belum kenal encok dan pegel-pegel, lalu kesemutan dan tidak bisa jalan. 😂😂

Sepuluh tahun kemudian, tak ada perubahan berarti. Kemacetan, semrawut, ditambah pedagang kaki lima menghalangi.

Ngomong-ngomong soal pedagang kaki lima. Akutuh suka kesel. Kenapa sih, harus jualan di pinggir jalan? Apa nggak ada tempat jualan lain?

Lalu masa keemasan Kota Bandung menghampiri. Tak disangka alun-alun kota Bandung bisa disulap, indaaaaah... Tak ada kemacetan, rapi, bersih, disiplin, dan tentu tak ada pedagang kaki lima. 

Hmmm Diba, gitu amat ya  sama pedagang kaki lima 😅

Lalu, hati nurani saya kemudian terpanggil melihat suasana di Basemen Alun-alun Bandung. Ketika kami memarkirkan motor, dan kami berjalan menuju taman alun-alun yang sangat indah. 

Banyak sekali pedagang kaki lima di sana. Entah berapa jumlahnya, puluhan? Ratusan? Aaah saya tidak hitung. 

Namun ini membuat saya kembali ke zaman perkuliahan, tepatnya di mata kuliah psikodiagnostika ix, BRAIN DAMAGE

Didapatkan banyak fakta, bahwa orang-orang yang menghabiskan banyak waktunya di basement akan sering menghirup gas karbon monoksida. 

Karbon monoksida, rumus kimia CO, adalah gas yang tak berwarna, tak berbau, dan tak berasa. Ia terdiri dari satu atom karbon yang secara kovalen berikatan dengan satu atom oksigen. Dalam ikatan ini, terdapat dua ikatan kovalen dan satu ikatan kovalen koordinasi antara atom karbon dan oksigen. Wikipedia

Dari sebuah studi yang dilakukan di Amerika serikat, diketahui bahwa terdapat 20.000 kunjungan ke unit gawat darurat yang disebabkan keracunan karbon monoksida.

Pada sebuah artikel di laman online tirto.id, diceritakan mengenai orang-orang yang berusaha membunuh diri dengan gas karbon mobil sisa. 
Sebuah penelitian oleh Dominic T.S Lee, dkk (2002) mengatakan bahwa 18% dari usaha bunuh diri pada kurun 1999-2000 di Hongkong dilakukan dengan metode ini. Begitu juga fenomena yang sama terjadi di Korea (Young-Rim, 2014). 

Dalam mata kuliah Psikodiagnostika IX dikatakan, terlalu sering menghirup gas monoksida akan menyebabkan penyakit yang dinamakan Brain damage, istilah Indonesianya dalah kerusakan otak, yang mana akan berisiko kematian. Keracunan Monoksida ini sulit dideteksi karena akan merusak organ tubuh secara perlahan.

Namun, tanpa berusaha menjatuhkan, saya mendapatkan lagi sebuah artikel yang menyebutkan cara menghindar dari keracunan gas monoksida ini dengan membangun ventilasi yang cukup bagi ruangan. saya sangat berharap tempat itu sudah disediakan ventilasi yang cukup. 

Namun, saran saya. Pedagang kami lima memang mengganggu, tetapi apakah tidak lebih bijak apabila isu kemanusiaan lebih diangkat daripada isu kebersihan dan kedisiplinan? 

Wallahua'lam bish shawab






Sabtu, 30 Maret 2019

ARTI BERBAGI BAGIKU

"Teteh mau cepet dapat jodoh? Itu motor dijual aja," lelaki dengan tubuh gemuk menunjuk motor merahku di luar rumah yang kami kunjungi. "Pasti nanti langsung dapat jodoh. Percaya, deh."

Aku terdiam. Dalam hati kebat-kebit. Semua konsep yang kupelajari dari SD hingga kuliah di Fakultas Psikologi tidak mengizinkanku memikirkan apa yang disarankan salah seorang teman dari komunitas bisnis yang baru kukenal itu. Bagiku, berbagi itu harus ikhlas, jangan demi meminta sesuatu, apalagi meminta jodoh. Titik. Tak ada perdebatan. Hampir tiga puluh tahun aku hidup menjomblo bukan karena aku kurang ibadah. Tapi ya ini adalah takdir Allah.

Tak lama, aku dapat jodoh lalu menikah, alhamdulillah. Anehnya, Allah memberikan seorang suami yang 'ahli berbagi'.

"Umi, kalau kita berkunjung ke rumah kawan, ya harus bawa sesuatu."

"Umi, kalau memberi kepada orang jangan tanggung."

Suamiku suka berbagi, katanya dulu malah waktu belum menikah dia bahkan berikan semua uang yang ada di kantongnya.

"Jangan bergantung pada rezeki yang ada di kantong kita. Bergantunglah pada kebaikan Allah."

Dan katanya, biasa setelah itu dapat rezeki yang tak pernah disangka-sangka.

Kalau aku? Kadang percaya kadang tidak. 😆😆😆

Hanya memang terasa ada yang berbeda, uang sering kali datang tanpa disangka-sangka sumbernya.

Satu hal yang paling membekas ketika suami mau pergi ke luar kota, sedangkan di kantongnya hanya ada uang sebesar 50.000.

"Abi mau buktikan ke Umi, kalau dengan berbagi itu artinya kita sedang bertransaksi dengan Allah." Ia lalu naik sebuah kereta kuda.



"Abi mau buat seneng Anna," jelasnya sambil menggendong anak kami yang baru berusia dua tahun. "Sekalian sedekah sama kusirnya."

Di dalam kereta suami mengajak kusir mengobrol, rupanya untuk berbisnis kereta kuda itu tidak murah. Harus beli kuda yang harganya tak murah, puluhan juta. Mereka harus menggadaikan sawah, atau menjual tanah. Setelah itu harus menjaga dan memelihara kuda-kuda itu. Tiap Sabtu-Ahad pergi ke kota (dari pingggiran kota karena kuda tidak bisa tinggal di kota), dan di hari Senin-Jumat biasanya jadi delman yang mengantar-jemput ibu-ibu dari dan ke pasar.

"Pemasukannya berapa setiap hari?" tanya suami.

"Ya, kadang 15.000 kadang 30.000."

"Kalau di sini?"

"Ya, kalau di sini kadang besar kadang nggak. Tergantung musim."

Lalu seselesainya kami berjalan-jalan naik kereta kuda, suami memberikan semua uang yang ada di saku.

"Sisanya untuk Bapak saja."

Kusir itu terbengong dan berkali-kali berterimakasih.

"Abi yakin gak mau bawa uang?" tanyaku pada suami. Sebelumnya dia sudah memberikan uang untukku dan Anna.

"Kan, Abi pergi sama kantor. Semua ditanggung," jawabnya.

Lalu tak lama, setelah suami sudah pergi, ia mengirimkan sebuah pesan.

"Mi, diterima, ga?" Ia memberikan sebuah screenshoot percakapan. Isinya adalah tawaran pekerjaan untuk mengisi suara sebuah audiobook yang nilainya adalah tiga juta rupiah.

Masya Allah, Maha Besar Allah.

Mungkin, itu adalah cara Allah untuk mengubah pendirianku yang keras akan sebuah konsep sedekah. Allah mengajariku perlahan melalui suami. Bak batu karang yang digerus air laut.

Berbagi tidak akan mengurangi harta kita. Dengan berbagi kita tidak sedang pamrih, meminta balasan. Justru kita sedang bergantung kepada Allah, kita sedang membeli rahmat Allah dengan seikhlas-ikhlasnya. Dan rahmat Allah itu bisa berupa apa saja, apakah rezeki yang tak pernah henti, anak yang saleh/salihah apa saja. Tentunya sesuai dengan kebutuhan. Siapa sih yang lebih tahu kebutuhan kita selain Allah?

Pada tahun 2017, aku membuat sebuah komunitas menulis. Namanya WrC, singkatan dari writing Challenge. Yaitu sebuah tantangan menulis status selama tiga puluh hari dengan memberikan like dan komentar. Tujuannya agar pada pebisnis online menyadari bahwa 'meramaikan' status pebisnis lain itu adalah bagian dari berbagi. Memajukan usaha sesama. Selain itu bagi para penulis sangat baik untuk meningkatkan personal branding.



Ada tujuan lain sebenarnya, aku ingin memberikan banyak Emak-Emak kesempatan untuk menghasilkan ilmu dari bisnis tulisan. Jadi nanti teman-temanku bisa mendapatkan tambahan penghasilan dari kegiatan wrc, karena ini berbayar, meskipun bayarnya suka-suka.

Komunitas ini, aku bangun untuk sebuah hibah. Rasa terimakasih kepada Allah yang sudah membuka banyak jalan pikiran yang biasanya membeku karena logika. Padahal islam tidak hanya membutuhkan logika dalam memahaminya, namun juga YAKIN.

Namun, pada perjalanannya aku hilang kendali, ada rasa ingin memiliki.

"Ini kan aku yang ciptain, aku yang gedein." Aku semakin sombong karena orang-orang banyak yang mengatakan aku jenius membuat konsep ini. Banyak orang yang mengatakan bahwa wrc sangat bermanfaat.

Lalu ketika aku berada di atas angin. Aku jatuh terpuruk. Allah sedang mengujiku ....

Apakah aku bersungguh-sungguh dengan niatku ....

Air mata yang jatuh tak sebanding dengan pelajaran yang kudapatkan. Aku semakin kaya. Kaya akan rasa dan hikmah. Semua yang ada di dunia adalah milik Allah, apa pun. Pada tahun 2018 aku serahkan kembali komunitas yang memang dibuat untuk hibah. Meski masih tetap mengamati.

Di awal tahun 2019, aku dan suami sudah benar-benar melepaskan. Melepaskan sebuah komunitas menulis yang saat itu sudah beromset lebih dari 20 juta.

Alhamdulillah

Berat, tapi aku ikhlas.

Banyak setan berbisik kepadaku. Mengatakan betapa bodohnya aku. Aku diam bertanya kepada Sang Khalik, ia menjawabnya dengan semakin pintarnya anak kami. Einar Delanna Agharid yang baru berusia empat tahun, ia meminta untuk tidur di kamar sendiri.

Masya Allah ...  Allahu Akbar!!!






"Bi, makanya zaman dulu banyak yang pengen jadi guru, ya. Karena anak para guru diajarin sama Allah."

Proyek-proyek berdatangan. Meski tidak dalam jumlah besar, kami syukuri.

Alhamdulillah.

Dan terakhir, selama 13 tahun penantian, naskahku dilirik penerbit mayor. Padahal pada pertengahan tahun 2018 aku sudah menyerah mengirimkan naskah pada penerbit mayor. Semua naskah yang kukirim  sudah ditarik kembali.

 Alhamdulillah. Banyak pembelajaran yang kudapati, semua akhirnya kusadari bahwa, tak ada yang abadi di dunia. Kita akan terus-menerus diuji oleh Allah, untuk memberikan hal-hal terbaik yang pernah dimiliki, yang pernah dicapai. Hingga akhirnya menyerah kepada ketentuannya. Ketentuan TERBAIK. Itulah makna berbagi bagiku, berbagi adalah menyerahkan semua kekuatan kita untuk diorganisir oleh Allah. Untuk percaya sepenuh-sepenuhnya kepada arahan-Nya.

Berbagi adalah bertransaksi dengan Allah.

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan salat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.” (QS.Fathir:29)



============

Jangan lupa berbagi yaa, ada banyak yang memerlukan uluran tangan kita, teman-teman bisa klik link-link ini :
www.dompetdhuafa.org
donasi.dompetdhuafa.org


“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Jangan Takut Berbagi yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”

#JanganTakutBerbagi
#SayaBerbagiSayaBahagia

Kamis, 20 Desember 2018

Ini dia 9 Jenis Makanan Yang Harus Ada di Kulkas Bucan


Namanya juga seorang Ibu Cantik, harus punya beribu cara dalam mengatasi darurat kelaparan, apalagi saat masakan udah habis, belum sempat ke pasar, lagi malas masak karena deadline kerjaan/orderan numpuk. Wkwkwkwk 

Jalan keluar untuk mengatasi itu, ya. Sedia makanan di kulkas, dong. Berikut ini adalah beberapa makanan yang kudu disediain di kulkas yaa. 

Data ditulis berdasarkan pengalaman saya 😁

1. Bakso

Heu  pasti tahu, kan? Bakso adalah makanan wajib temen mie rebus instan, nasi goreng atau makanan lainnya yang tentunya endes. Kalau saya, sih. Biasa belinya di tetangga yang alhamdulillah produksi bakso enaknya tanpa pengawet dan juga MSG tapi rasanya kalau digigit, mantap suratap. 

Siapa tahu Bucan  mau ikut beli juga, saya kasih tahu infonya. Bertempat di Jawa Barat, Cimahi Selatan, Komplek Pharmindo jl. Kalasan iii nomornya cari sendiri ya, mau jastip  ke saya juga boleh. 

Ada beberapa varian, yaitu bakso polos, bakso urat, bakso isi keju, dengan ukuran kecil, sedang dan besar dan tentunya, harga yang ekonomis. Hanya 22.000,- untuk setiap pack-nya  yang isinya beragam sesuai ukuran. 



2. Tahu Bakso 

Dulu, sering lihat berita reportase mengenai tahu bakso dari Semarang dan hanya bisa ngeces  ngebayangin rasa antara tahu dan bakso bersatu padu. Hmmmmm  hati tutup mata  dan rasakan manisnya  olahan daging berpadu dengan gurihnya  tahu kering. 

Sudah? Yuk, dilap dulu bibirnya. 🤣🤣🤣

Namun sekarang, saya tidak perlu risau lagi. Qadarullah  dipertemukan seorang produsen Tahu Bakso Menul  yang fenomenal  ini, Dessy  Anggraeni  (wa : +62 858-8144-8523). 

Apa saja yang sudah saya lakukan dengan varian makanan ini? Saya goreng kering jadi cemilan sudah, dimasak dengan mie instan, atau ditambahkan untuk jadi pelengkap masakan sayuran oseng-oseng juga sudah. Hehehe. Alhamdulillah nikmat. 

Nah, Bucan. Katanya tahu bakso Menul ini ada yang original ada juga yang pedes. Selain tahu bakso  mbak Dessy  juga menyediakan kebab dan dimsum. 😍😍😍







3. Bumbu  Pecel 

Tahu, kan Pecel. Itu sayuran yang direbus, lalu disiram  bumbu kacang  yang rasanya maknyuss. Ini makanan bergizi  banget yang bisa dibuat  ketika gak  ada waktu, atau uang di dompet  sudah menipis. Wkwkwkwk 

Tinggal dikasih tambahan tempe  dan tahu goreng, jadilah mewah dan nikmat apalagi ditambah  dengan nasi panas. 

Tentunya bumbu ini banyak ditemukan di pasaran, ya. Bisa cari di warung, di pasar atau swalayan. Kalau saya, kebetulan punya teman produsen sambal pecel, jadi belinya pada Bucan Lastri (0856-6447-6335).

Apa saja yang sudah saya lakukan pada sambal pecel ini? Sudah dijadikan bumbu pecel, kadang kalau malam lapar suami beli jeroan ayam (usus, ampela, kulit) lalu dijadikan satu dengan bumbu pecel. Mmmmm  enaaak. 

Atau kemaren setelah bosan makan soto ayam buatan saya, bihun dan toge disatukan dengan bumbu pecel, jadilah karedok  ala-ala. Hmmmmm 

Harganya juga cukup  terjangkau, dengan Rp. 25.000 Bucan sudah dapat membelinya. Ada dua varian  yaitu pedas dan sedang. Dua-duanya recomended dong. 




4. Daging sapi/ayam  cincang 

Ini juga, perlu loh disiapkan oleh Bucan. Daging cincang bisa digunakan untuk masak nasi goreng, mie goreng, bihun goreng, sorang sayuran, spageti atau makaroni panggang. Iya nggak?. 

Tapi kali ini saya nggak kasih rekomendasi pelapak, ya. Hehehe karena Bucan tinggal pergi ke warung sayur/pasar/swalayan langsung. Saran saya, belilah sekitar 250gr, lalu masukkan pada kantong- kantong kecil lalu masukkan freezer. Sehingga ketika kita akan masak, kita hanya mengeluarkan satu kantong kecil, sehingga daging sisa yang lain tidak menjadi rusak  😉.






5. Sosis 

Heu siapa nggak kenal ini. Makanan yang bentuknya panjang. Terbuat dari daging atau ayam. Bisa dimasak sendiri (maksudnya dipanggang  atau digoreng) dikasih tambahan kentang goreng atau nasi dan telor ceplok. Atau bisa juga menjadi bahan pelengkap masakan seperti sop, nasi goreng, dsb.

Maaf, ya. Nggak bisa kasih rekomendasi juga. Dulu, sih. Saya paling seneng membeli di tetangga yang punya pabrik sosis home made (jangan tercengang, kok tetangga saya produsen makanan semua 🤣🤣) namanya Sosis Lestari. Itu rasanya enak sekali, belum lagi tanpa pengawet dan MSG. Sayangnya tidak berjualan lagi, dan sampai sekarang belum menemukan sosis home made seenak itu lagi 😭😭😭



6. Tahu dan tempe 

Makanan ini juga makanan wajib yang perlu ada di kulkas, apabila Bucan malas masak atau nggak sempet ke pasar. Tahu dan tempe bisa dikreasikan. Bisa dibikin tahu isi, tahu dan tempe tepung, digoreng biasa, direbus bagi yang diet, dibacem (sekarang ada bumbu instannya, praktis) atau apa pun. 



7. Sayur wortel 

Kenapa sayur, wortel? Ya karena sayuran ini termasuk sayuran yang awet disimpan di kulkas selama sepekan bisa. Dibandingkan dengan sayuran lainnya. Bisa dicampur dengan bakso atau daging cincang untuk dijadikan sayur oseng, atau masukkan ke mie instan. Hmm mienya jadi sehat, kan?


8. Daging ayam olahan 

Heuu ini sudah tahu dari dulu, kan? Boleh nugget, chicken stick  atau cordon blue. Kalau saya sendiri paling suka nyetok  chicken karate dari fiesta. Ups nyebutin  merek, biarin deh. Di atas juga saya menurun merek.


9. Keju 

Yakali  aja pagi/sore, hujan, ada roti tawar atau pisang kepok. Kan bisa dibuat dadakan. Karena biasanya yang dadakan lebih dikerjain daripada yang sudah direncanakan. Wkwkwkwk



Nah, Bucan. Sekian ya, masukan dari saya Miss Song Hye Kyo KW Indonesia. Semoga bermanfaat 😘😘😘

(Beberapa pict  diambil dari google)

Beginilah Cara Muslim Menghadapi Seorang Ahli di Bidangnya

Aku teringat enam tahun yang lalu, ketika mengikuti sebuah tes masuk menjadi seorang guru BK/LSU di sebuah sekolah Islam. Jujur aku kaget, ...